10 petualang Jelajah Gizi sudah terpilih dan siap menuju Kepulauan Seribu untuk mengekplorasi pesona kuliner plus nilai gizinya, selain tentu saja menikmati keindahan pemandangan alamnya. Kami datang dari berbagai daerah. Paling jauh adalah @andyputera dari Bali, kemudian ada @Multimehdia dari Surabaya, @nengbiker dari Malang, @iqbal_kautsar dari Jogja, @adhistwd dari Bandung, @TraveLafazr dari Depok, @nesatasyaa dan @sihar_deanova dari Jakarta dan saya sendiri dari Bogor.

Tepat pukul 08.00 kami semua sudah berkumpul di Dermaga 17 Pantai Marina Ancol. Dalam rombongan akan ikut serta juga para jurnalis dari berbagai media, baik dari media cetak maupun media online. Dalam sambutan selamat datang dari SARI HUSADA sebagai penyelenggara Bapak Arif (@colekarif) mengatakan bahwa perjalanan ini bukan sekedar wisata kuliner yang mengandalkan rasa, tapi juga ingin menggali kandungan gizinya. Itulah mengapa dalam rombongan ini juga didatangkan Profesor Ahmad Sulaeman, seorang ahli gizi dari IPB Bogor yang akan menerangkan nilai kandungan gizi setiap makanan yang diolah. Selain ahli gizi, juga ikut dalam rombongan ahli masak yaitu Chef Opik yang akan mengolah makanan khas lokal agar memiliki cita rasa dan kandungan gizi yang tinggi. Chef Opik ini adalah pemenang kedua lomba MasterChef Indonesia Season 2 jadi bolehlah kita sebut MasterChef.

JelajahGizi1

Inilah ke-10 Petualang Jelajah Gizi yang siap mengarungi Kepulauan Seribu

Dan akhirnya tepat pukul 09.30 rombongan mulai meninggalkan Pantai Marina. Kami menggunakan speedboat “Pulau Bidadari” yang menggunakan 4 mesin dengan kekuatan 200 HP yang dapat memuat 60 penumpang. Tujuan pertama adalah Pulau Pari yang dapat ditempuh dalam waktu 1 jam. Cuaca sangat bersahabat. Ombak tidak terlalu besar. Hanya riak-riak kecil yang menggoyang-goyangkan penumpang seakan mengucapkan selamat datang di Kepulauan Seribu. Tiba-tiba alarm kapal berbunyi dan kapal berhenti. Para penumpang tentu saja kaget apa yang terjadi. Ternyata ada sampah yang menyangkut di baling-baling mesin. Setelah dibersihkan perjalanan kembali dilanjutkan.

Dan benar saja, dalam 1 jam sudah nampak di depan mata Pulau Pari. Seperti namanya, bentuk pulau ini memang seperti ikan Pari. Memanjang di bagian ekor, lalu membesar di bagian tengah dan kembali mengecil di bagian kepala. Tiba di Dermaga Pulau Pari kami disambut oleh Bapak Lurah Pulau Pari yaitu Pak Astaman dan isterinya. Kami dipersilahkan untuk menjelajahi daerah ini dan mereka siap membantu jika ada yang ingin ditanyakan. Setelah itu kami diberi pinjaman sepeda dan rame-rame menuju tempat budidaya rumput laut yang merupakan mata pencaharian utama penduduk di pulau ini. Seru juga bersepeda di pulau yang tidak ada mobilnya, bebas polusi. Jalanan mulus terbuat dari paving blok. Rumah penduduk berjejer rapi sepanjang perjalanan. Banyak pohon juga sebagai peneduh dan menambah keasrian pulau ini. Dan saat akan mencapai tujuan pemandangan di sebelah kanan dan kiri adalah lautan! Wah keren sekali.

Budidaya Rumput Laut di Pulau Pari

Kami tiba di gedung Lembaga Ilmu Pengetahunan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian Oseanografi Pulau Pari. Disini kami diberi penjelasan oleh Pak Nurhayat, Ketua RW di Pulau Pari tentang bagaimana cara membudidayakan rumput laut. Diterangkan untuk “menanam” rumput laut hanya memotong ujung tunas rumput laut kurang lebih seukuran jari lalu diikat ke sebuah tali dengan ikatan seperti tali sepatu. Ikat rumput laut sepanjang tali dengan jarak kira-kira setiap 20-30 cm. Jika sudah selesai tinggal di tanam di pesisir pantai. Dari 50 gram bibit, setelah ditanam dilaut selama 45 hari akan bertambah hingga menjadi 2 kg. Setiap panen rata-rata menghasilkan 1 ton. Rumput laut basah ini akan dijadikan bibit lagi untuk ditanam kembali di laut. Sedangkan untuk rumput laut yang akan diolah harus direndah terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa asin.

Prof Ahmad menjelaskan, rumput laut sangat baik untuk kesehatan antara lain sangat baik untuk pencernaan, kaya zat gizi namun rendah kalori dan enak dimakan bersama makanan sehat lain seperti sushi, sup dan salad. Di Indonesia rumput laut sering diolah menjadi salah satu bahan untuk minuman es campur, dodol, agar-agar, asinan, lalap hingga keripik. Di Indonesia ada sekitar 555 jenis rumput laut, namun baru 3 jenis yang dibudidayakan yaitu jenis eucheuma cottanii, gracilaria dan ecuheuma spinosum. Indonesia sudah sanggup memenuhi 50% kebutuhan rumput laut jenis eucheuma cottonii di seluruh dunia. Wow keren yah.

Setelah selesai mendapat penjelasan tentang budidaya rumput laut, kami juga langsung diajarkan untuk menanam rumput laut  secara langsung di tengah laut. Dengan menggunakan perahu, kami pergi menuju tempat penananan tersebut. Tali yang sudah digantungi potongan-potongan rumput laut tinggal dibentangkan dan kedua ujungnya diikat ke tali yang sudah ada dilaut. Jadi saling mengikat dan jangan sampai terlepas. Sesederhana itu. Mereka akan tumbuh dan memanjang dan 45 hari kemudian tinggal dipanen. Hama dari rumput laut ini adalah sampah. Hampir setiap hari para petani ini memeriksa apakah ada sampah yang mengganggu pertumbuhan rumput laut tersebut.

JelajahGizi2

Budidaya rumput laut, ujung tunas diikat ke tali kemudian ditanam di laut.

Acara dilanjutkan dengan sesi memasak bersama MasterChef Opik yang akan memasak “Salad Rumput Laut“. Dan yang membuat eksotik adalah dia akan memasak di tepi Pantai Perawan yang cantik dan indah. Chef  juga akan memasak di depan ibu-ibu PKK yang berada di Pulau Pari ini. Menurut Chef makanan yang baik itu jangan hanya rasanya saja yang enak, tapi juga harus sehat dan diolah dengan baik. Pernyataan ini diamini oleh Prof Ahmad. Salad rumput laut dipadukan dengan ikan baronang yang di fillet, kemudian digarnis dengan nanas dan kacang. Dan rasanya hmmm yummy! Resep ini langsung dicoba oleh ibu-ibu PKK yang hadir dengan dibimbing oleh chef, tidak ketinggalan blogger juga ada yang ikut masak lho dan rasanya tidak jauh dengan hasil olahan sang MasterChef.

JelajahGizi3

MasterChef Opik sedang melakukan demo masak dengan menu “Salad Rumput Laut”

Setelah selesai acara demo memasak acara dilanjutkan dengan makan siang dengan menu khas daerah pantai. Apalagi kalau bukan seafood. Ada satu menu yang istimewa yaitu cumi hitam. Menurut Prof Ahmad cumi hitam ini makanan yang dapat mencegah kanker. Setelah mendapat penjelasan ini rame-rame semua blogger nambah porsi cumi hitam. Padahal alasan saja tuh masih laper :p

Pulau Lancang Penghasil Ikan Teri dan Rajungan

Perjalanan kembali dilanjutkan ke Pulau Lancang. Kali ini kita akan melihat potensi ikan teri dan rajungan yang menjadi komoditas utama di pulau ini. Kami menuju tempat pengolahan ikan teri. Setelah diangkut oleh nelayan dari laut, teri kemudian di rebus dan untuk mengawetkan ditambahkan garam. Jadi tidak menggunakan bahan pengawet ya. Setelah direbus kemudian dijemur selama kurang lebih 4 jam. Setelah kering kemudian dipilah antara teri nasi dan teri belah. Menurut Pak Lurah teri nasi ini banyak dikirim ke Jakarta dan dikenal sebagai teri Medan. Jadi asalnya dari Pulau Lancang tapi Medan yang punya nama, kelakar Pak Lurah. Harga jual teri nasi ini Rp75.000,- / kg, namun jika sudah sampai di Jakarta harganya bisa berlipat menjadi Rp 200.000,- Dan untuk para peserta yang akan membeli Pak Lurah memberi harga khusus hanya Rp 50.000,- per kilo dan para peserta pun rame-rame memesan teri nasi ini. Prof Ahmad menambahkan bahwa kandungan gizi dari teri ini mengandung 17% protein. Jika dikeringkan akan bertambah lagi proteinnya.

JelajahGizi4

Proses pembuatan teri nasi : direbus, dijemur, dikumpulkan dan disortir

Setelah selesai mengunjungi tempat pengolahan teri, perjalanan dilanjutkan untuk melihat pengolahan rajungan. Rajungan adalah hewan sejenis kepiting. Perbedaanya adalah rajungan hanya hidup di satu alam (dalam air) sedangkan kepiting bisa hidup di dua alam. Selain itu rajungan akan mati tidak lama setelah dikeluarkan dari air, sedangkan kepiting tidak. Bentuk kaki rajungan yang paling belakang berbentuk pipih, sedangkan kepiting berbentuk runcing. Bagaimana dengan rasanya?

JelajahGizi5

Rajungan : sebelum dan sesudah dimasak

Nah setelah mengunjungi kedua tempat pengolahan diatas kita akan merasakan makanan tersebut jika sudah dimasak. Ya kita akan melakukan test food teri nasi yang sudah diolah dengan kacang, serta rajungan yang sudah dimasak dengan bumbu saus padang. Jujur saya suka sekali dengan makanan teri kacang, setiap akhir pekan harus ada menu wajib ini ditambah dengan sayur asam dan sambal pedas. Dan setelah mencicipi teri kacang yang disajikan rasanya luarrrr biasa. Enak sekali apalagi jika ditambah nasi, namun berhubung test food jadi tidak disediakan nasi.

Sedangkan rajungan yang penampakannya hampir mirip dengan kepiting, rasanya tidak jauh dengan kepiting saus padang. Malah untuk membongkar jeroan dari rajungan lebih mudah dibanding kepiting. Tinggal tarik pake tangan dan dengan mudah akan terlepas. Sedangkan kalau kepiting harus menggunakan penjepit dan kadang membuat luka sehingga saat cuci tangan akan terasa perih (pengalaman pribadi). Hal ini tidak saya rasakan saat mengeksekusi rajungan.

JelajahGizi6

Sesi yang ditunggu-tunggu : Test Food!

FGD di Pulau Putri

Setelah selesai kegiatan di Pulau Lancang, perjalanan kembali dilanjutkan ke Pulau Putri. Tempat ini akan menjadi homebase selama perjalanan di Kepulauan Seribu. Pulau Putri ini merupakan sebuah pulau wisata yang paling baik dan lengkap di Kepulauan Seribu. Ada resort standar internasional, kolam renang, mini sea world, diving dan snorkeling spot, dan masih banyak fasilitas lainnya. Dasar teman-teman blogger ini memang bawaannya ingin mencoba sesuatu yang baru ya, bukannya beristirahat, ini malah langsung pada nyebur saat melihat kolam renang nganggur. Dan jadilah kita semua berenang sampai menjelang makan malam. Dan setelah bersih-bersih dan dinner acara dilanjutkan dengan Forum Group Discussion (FGD) tentang apa yang sudah dilakukan hari ini.

Diawali dengan pengenalan setiap blogger, jurnalis dan panitia penyelenggara jelajah gizi yang kedua ini. Dibahas juga beberapa tulisan dari blogger yang memenangkan lomba jelajah gizi. Apa dan mengapa menulis atau membahas makanan tersebut. Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Dan kita harus kembali ke resort masing-masing untuk beristirahat karena perjalanan untuk besok masih menanti. Perjalanan hari ini seperti sebuah pepatah, “Sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui”  Sekali jalan, dua-tiga pulau sudah disinggahi! Ya hari ini kita sudah singgah di Pulau Pari, Pulau Lancang dan Pulau Putri. (bersambung)

 

Silahkan komentar disini

 

Foto : Koleksi Pribadi