Twitter telah menjadi medium utama untuk diplomasi dunia maya oleh para pemimpin dan lembaga pemerintahan dunia, setidaknya dalam lima tahun terakhir. Menurut kajian dari Twiplomacy, survey global tahunan dari firma komunikasi internasional Burson-Marsteller mengenai para pemimpin dunia di media sosial, Twitter merupakan jejaring sosial utama yang digunakan oleh pemerintah dari 173 negara, yang totalnya mewakili 90% negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Demikian diungkapkan dalam gathering bersama blogger dan influencer yang mengusung tema “Pemimpin Dunia di Media Sosial” yang diadakan oleh Burson-Marsteller Indonesia pada 11 Agustus 2016.
Namun para pemimpin dunia memiliki pengikut rata-rata dua kali lebih banyak di Facebook daripada di Twitter. Facebook pun didapati sebagai jejaring sosial kedua yang paling banyak dipakai oleh para pemimpin dunia dengan 169 lembaga pemerintahan yang tercatat memiliki laman resmi. Posisi ketiga dan keempat masing- masing ditempati oleh YouTube dan Instagram, yang digunakan oleh 78% dan 70% anggota PBB.
Bila komunikasi di Twitter lebih didominasi oleh teks beserta gambar, Instagram lebih digerakkan oleh gambar yang minim teks dan lebih mengarah ke situasi di belakang layar. Pemerintah yang memiliki tim media sosial yang lebih besar juga telah menjajaki bentuk komunikasi visual melalui Vine dan Snapchat, yang keduanya menargetkan kalangan Milenial dengan kelompok usia lebih muda. Pemerintah-pemerintah yang tidak memiliki kapabilitas penyiaran lengkap, biasanya dijumpai di kawasan Amerika Latin, menggunakan Periscope dan Facebook Live untuk menyiarkan konferensi pers mereka.
“Studi Twiplomacy kami menunjukkan bagaimana mereka yang memegang tampuk kekuasaan semakin banyak menggunakan media sosial untuk terhubung dengan kelompok massa yang penting bagi mereka,” Don Baer, Worldwide Chair and CEO, Burson-Marsteller dalam siaran press releasenya. “Sebagaimana halnya interaksi merupakan salah satu ukuran penting dari pengaruh media sosial, studi Twiplomacy ini juga menunjukkan komunikator politik mana yang paling sukses menggunakan platform sosial tertentu, dan apa yang bisa kita pelajari dari mereka.”
Para pemimpin dunia yang cukup sukses menggunakan media sosial adalah Presiden AS, Barack Obama, dan tim Gedung Putih-nya, Presiden Argentina, Mauricio Macri, dan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, di samping para pemimpin lain yang didapati oleh studi. Sementara itu, Presiden Joko “Jokowi” Widodo (@Jokowi) dinilai sebagai salah satu pemimpin dunia paling efektif di ranah Twitter dengan pengikut sebanyak 5,08 juta (tercatat pada 1 Juni 2016) dan rata-rata 1.224 retweet.
Presiden Jokowi juga merupakan salah satu politisi yang sempat menonaktifkan kegiatannya di Twitter untuk kemudian diaktifkan kembali menjelang masa kampanye Pemilu. Sejak resmi menjabat sebagai Presiden RI, Jokowi menggunakan akun Twitter-nya sebagai media utama untuk berbagi informasi kinerja pemerintah dalam bidang pembangunan, keamanan, hukum, sosial, politik dan budaya. Pada Agustus 2015, Ia menjadi presiden pertama di kawasan Asia-Pasifik yang mengadakan sesi Periscope (melalui akun@presidenjokowidodo) ketika penyelenggaraan #KarnavalKhatulistiwa di Pontianak, Kalimantan Barat. Jokowi juga menggunakan Twitter untuk mengecam aksi terorisme di Jakarta pada Januari 2016.
Twiplomacy edisi 2016, yang pada tahun sebelumnya hanya berfokus pada Twitter, telah diperluar untuk menganalisis platform media sosial lain termasuk Facebook, Instagram, YouTube, Snapchat, LinkedIn, Google+, Periscope dan Vine. Situs Twiplomacy juga dilengkapi dengan peringkat live dan untuk pertama kalinya, atlas media sosial untuk negara-negara yang dikaji dalam studi ini.
“Studi lintas-platform in menunjukkan bahwa para pemimpin dunia makin banyak melakukan pendekatan terintegrasi yang mencakup berbagai kanal media sosial, yang juga merupakan indikasi arahan bagaimana makin banyak pemimpin usaha yang bergerak ke arah yang sama,” ungkap Jeremy Galbraith, CEO of BursonMarsteller Europe, Middle East and Africa and Global Chief Strategy Officer. “Kami juga mendapati bahwa banyak pemimpin dunia yang memperlihatkan sisi lain kepribadian mereka di balik status jabatan. Saat ini, citra pribadi menyampaikan pesan yang lebih kuat, dibanding sekadar kata-kata. Ini juga taktik yang dapat digunakan secara efektif untuk para pemimpin perusahaan.”
Kajian terbaru studi Twiplomacy 2016 menganalisis 793 akun Twitter milik para kepala negara dan pemimpin pemerintahan dari 173 negara, dengan total massa mencapai sekitar 324 juta pengikut. Studi ini juga memuat sejumlah kiat bagi para komunikator agar dapat menbangun akun media sosial yang efektif dan dapat menggerakkan interaksi online. Kiat-kiat tersebut didapat dengan mengombinasikan data dan melakukan analisis mendalam atas muatan berbagai profil akun yang berbeda. Sejumlah kiat penting di antaranya adalah pentingnya kreativitas dan tampilan visual, perlunya menyesuaikan konten dengan platform yang digunakan, aktualitas serta pentingnya memproyeksi sosok di balik akun media sosial.
Lembaga non-pemerintah juga dikaji dalam studi ini. Akun Twitter PBB (@UN) merupakan yang paling banyak diikuti oleh pemimpin dunia (296 dari 793 akun para pemimpin dunia). The New York Times (@NYTimes) adalah akun berita yang paling banyak pengikutnya, diikuti oleh @UNICEF di posisi ketiga yang merupakan organisasi internasional dengan pengikut kedua paling banyak di dunia. Akun Twitter @Twiplomacy merupakan akun organisasi non-pemerintah keempat yang paling banyak diikuti oleh akun para pemimpin dunia (162 pengikut), di atas akun-akun kenamaan lain seperti The Economist, BBC, Reuters dan CNN.
“Twitter memfasilitasi hubungan antar pemimpin dunia di era online saat ini,” Matthias Lüfkens, Managing Director, Digital, at Burson-Marsteller EMEA. “Kami merasa terhormat bahwa akun@Twiplomacy merupakan salah satu yang paling banyak diikuti oleh kepala negara atau pemerintahan.”
Temuan penting lainnya mencakup:
– Menteri Luar Negeri India @SushmaSwaraj merupakan pemimpin perempuan dengan pengikut paling banyak di dunia (5 juta pengikut), melampaui @QueenRania dari Yordania (4,7 juta pengikut).
– Akun Perdana Menteri Inggris @Number10gov merupakan pemimpin pemerintahan kawasan Uni Eropa dengan pengikut paling banyak (4,4 juta pengikut), di atas @MatteoRenzi dari Italia dan akun keluarga Kerajaan Inggris @RoyalFamily, masing-masing dengan 2.3 juta dan 2.2 juta pengikut.
– Uhuru Kenyatta @UKenyatta dari Kenya merupakan pemimpin dari negara kawasan sub-Sahara dengan pengikut paling banyak (1,4 juta), diikuti oleh @PaulKagame dari Rwanda dan akun kabinet pemerintahan Afrika Selatan @PresidencyZA yang memiliki 673.000 pengikut.
– Dari kawasan Amerika Latin, Presiden Enrique Peña Nieto @EPN memiliki pengikut paling banyak (5.2 juta) jauh melampaui Presiden Kolombia @JuanManSantos, @NicolasMaduro dari Venezuela dan @MauricioMacri, dari Argentina yang masing-masing memiliki sekitar 2,8 juta pengikut.
– Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum @HHShkMohd merupakan pemimpin negara Arab dengan pengikut paling banyak (6 juta), diikuti oleh @KingSalman dari Saudi Arabia, @QueenRania dari Yordania, dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Abdullah Bin Zayed (@ABZayed) yang memiliki 3 juta pengikut.
– Di antara kementerian luar negeri dunia, U.S. State Department (@StateDept) merupakan yang paling banyak pengikutnya (2,6 juta), diikuti oleh kementerian luar negeri Turki (@TC_Disisleri) dan Rusia (@MID_RF) yang masing-masing memiliki 1 juta pengikut.
Lebih dari 5.000 kedutaan besar dan duta besar dunia saat ini aktif di Twitter, dan telah menjadi penyampai suara bagi misi diplomatik di New York, Washington, London dan Brussels.
Studi media sosial selengkapnya dapat diakses di bm.com dan twiplomacy.com.