Hari ke tiga petualangan #Terios7Wonders akan mengunjungi Pulau Kaget yang lokasinya tidak jauh dari Kota Banjarmasin tepatnya berada di Desa Aluh Aluh, Kecamatan Aluh Aluh, Kabupaten Banjarmasin. Kurang lebih satu jam kita akan sampai di Dermaga Aluh Aluh yang akan mengantar ke Pulau Kaget, sebuah pulau yang berada di tengah Sungai Barito. Kurang lebih setengah jam kita akan sampai di pulau yang hanya dihuni oleh Bekantan, monyet berhidung panjang khas Kalimantan.

Menuju Pulau Kaget

Awalnya kami hanya memantau dari perahu untuk melihat Bekantan. Namun setelah diamati beberapa saat masih belum terlihat. Hanya ada monyet-monyet kecil yang sedang bermain-main di sekitar pantai. Untuk menghilangkan rasa penasaran akhirnya kami mendaratkan perahu di sekitar pulau, namun karena tidak ada dermaga akhirnya kami berhenti di tepi pulau dan memasuki bagian dalam pulau dengan melewati rata-rata.

Suasana Pulau Kaget yang dikelilingi oleh rawa-rawa

Perlu perjuangan ekstra hati-hati karena rawa tersebut sangat labil dan beberapa kali kaki saya amblas hingga ke betis. Lewat perjuangan keras dan tanpa lelah akhirnya kami sampai juga di Pulau Kaget. Setelah cukup sabar mengamati terlihat dari jauh dan harus menggunakan lensa tele akhirnya terlihat penampakan dari Bekantan ini. Bulunya berwarna coklat agak kemerahan, hidungnya panjang mengingatkan saya pada Rastatopaulus, seorang penjahat dalam cerita Tintin. Bekantan juga merupakan ikon dari Kalimantan Selatan sebagai spesies khas yang hanya ditemukan di kawasan kalimantan. Ikon Bekantan juga digunakan oleh tempat wisata Dunia Fantasi Ancol sebagai maskot.

Setelah berjuang melewati rawa-rawa, akhirnya sampai juga di Pulau Kaget

Pulau Kaget ini hanya dihuni oleh Bekantan dan monyet-monyet kecil lainnya. Tidak ada penghuni manusia yang menempati pulau ini. Sebagian dari pulau ini sudah dijadikan cagar alam untuk melindungi keberadaan Bekantan ini. Namun sangat disayangkan pada beberapa bagian tempat di Pulau Kaget sudah ada budidaya tamanan berupa sawah yang dikembangkan oleh penduduk di sekitar pulau. Keberadaan sawah ini tentu mengganggu habitat dari Bekantan. Semoga sawah-sawah tersebut segera dialihfungsikan kembali menjadi hutan habitat Bekantan.

Bekantan

Seekor bekantan tertangkap kamera sedang meloncat di pohon

Setelah selesai mengunjungi Pulau Kaget, perjalanan dilanjutkan kembali dengan tujuan Amuntai dengan melewati Banjarbaru, Rantau, Kandangan dan akhirnya sampai di Amuntai. Kami langsung menuju objek wisata Goa Berangan di Desa Malutu untuk melihat anggrek liar yang hidup  di hutan. Sayang sekali ketika kami datang hari sudah mulai gelap sehingga cukup sulit untuk melihat keberadaan anggrek liar tersebut.

Perjalanan Terios melewati berbagai medan jalan, termasuk jembatan kayu di kawasan Amuntai

Namun kekecewaan tersebut dapat terobati ketika kami mengunjungi salah seorang yang melakukan budidaya anggrek tersebut. Namanya adalah Dedi, seorang penduduk Desa Malutu yang sudah 6 tahun menekuni dan mengoleksi berbagai jenis anggrek karena hobi. Dedi juga melakukan hibrid atau melakukan stek sehingga menghasilkan jenis anggrek baru yang menawan. Beberapa koleksi anggreknya antara lain anggrek agawara yang berwarna merah, anggrek panda, anggrek endemik, anggrek hitam, anggrek bulan dan tentu anggrek liar.

Anggrek Agawara koleksi Dedi hasil budidaya

Dedi memberikan beberapa tips seputar pemeliharaan anggrek tersebut. Sebagai tanaman yang tidak menggunakan media tanah, memelihara anggrek cukup mudah asal telaten menghilangkan hama seperti tungau, tawon, kutu gajah, dan jamur. Dedi cukup rajin memberikan vitamin B untuk memelihara kesehatan dari para anggrek tersebut. Setelah puas melihat koleksi budidaya  anggrek milik Dedi, tim menuju tempat penginapan untuk beristirahat, namun sebelumnya menyantap hidangan malam terlebih dahulu untuk mengisi stamina yang terkuras. Rencananya esok pagi harus segera keluar hotel untuk melihat kerbau rawa.