Saya bersyukur sudah mengunjungi beberapa tempat wisata di Indonesia. Walau dalam rangka tugas kantor, namun saya menyempatkan diri untuk menikmati keindahan alam Indonesia yang tiada habisnya. Seumur hidup saya pasti tidak akan semua tempat bisa saya singgahi, namun sebisa mungkin saya bisa mengunjungi tempat-tempat indah itu sebanyak mungkin.
Awal masuk kerja saya ditugaskan di Papua. Sebagai pegawai baru ibaratnya saya dibuang terlebih dahulu untuk menimba pengalaman di wilayah yang terpencil. Namun berkah bagi saya. Bisa mengelilingi Papua dengan gratis. Ongkos kesana amat sangat mahal, kemana-mana juga harus naik pesawat. Termasuk biaya hidup. Namun semua itu terbayar dengan menikmati keindahan alam disana. Keramahan penduduk dan kekayaan budaya setempat. Mulai dari Jayapura, Biak, Timika, Nabire, Mulia, Fakfak, Sorong, Manokwari, Wamena hingga Merauke sudah pernah saya singgahi. Benar kata orang, disana memang “Tanah Surga”.
Hingga pada suatu saat saya harus kembali ke Jakarta, saya nekat menukar tiket pesawat dengan tiket kapal laut. Saya ingin mengunjungi tempat-tempat yang dilewati jalur kapal tersebut. Kapal Laut Ciremai akan berlayar dari Jayapura hingga Jakarta selama 7 hari. Dan benar saja, saat itu saya sangat menikmati perjalanan tersebut. Berlabuh di Ambon, Menikmati Gunung Gamalama di Ternate, Menyantap bubur Manado di Bitung, Menyaksikan anak-anak yang menyelam mengejar koin yang dilempar penumpang di Bau-bau dan Banggai, makan Coto Makassar, hingga terakhir berlabuh di Jakarta. Sungguh suatu pengalaman yang sangat berharga dan tidak akan pernah terlupakan. Dikapal tersebut juga saya berkenalan dengan teman-teman baru dari berbagai suku dan semuanya sangat baik dan ramah. Jemmy dari Biak. Thomas dari Ambon. Andi dari Makassar dan Beatrik dari Manado. Saya masih ingat ketika kita sama-sama di dek kapal menyanyikan lagu shio mama yang dinyanyikan Thomas dengan amat indah. Dimana ya mereka sekarang?
Bukan kebetulan tugas berikutnya saya bisa menjelajahi kalimantan. Menjelajahi Banjarmasin, Tanah Bumbu hingga Pulau Laut yang terkenal dengan lagu “…Kotabaru gunungnya bamega (berawan)…”. Menyusuri Sungai Mahakam dari hulu di Kota Bangun – Kutai Kartanegara hingga ke hilir di daerah Tabang tempat dimana suku dayak masih berada. Perlu waktu 8 jam untuk mencapai kesana dengan biaya sewa speedboat sebesar Rp 8 Juta, masih diatas harga tiket pesawat kemana pun di Indonesia. Sempat juga menikmati keindahan Jembatan Kutai Kartanegara di Tenggarong yang kini tinggal kenangan.
Juga bisa mengunjungi beberapa kota di Sulawesi seperti Manado, Gorontalo dan Makassar.
Semua pengalaman tersebut saya tulis sebagai jurnal di blog pribadi di www.travelingratis.blogspot.com. Hingga akhirnya saya terpilih menjadi salah satu peserta yang hadiahnya bisa berkeliling ke beberapa tempat wisata di Indonesia. Beruntung saya mendapat tugas mengunjungi wilayah Sumatera yang belum pernah saya kunjungi. Selama 21 hari melintasi 4 provinsi. Mendaki Gunung Kerinci di Jambi, surfing di Nias, arung jeram di Sungai Alas hingga menginjakkan kaki di KM Nol Indonesia di Pulau Weh, pulau paling barat di Indonesia. Disinilah Indonesia dimulai. Saat menginjakkan kaki di tugu KM Nol tersebut tidak kuasa saya menahan air mata haru, sebelum ajal menjemput, saya sudah pernah menginjakkan kaki disini.
Sungguh, alam Indonesia sangat luar biasa. Indahnya. Banyaknya. Kaya budayanya. Adat istiadatnya. Sangat-sangat luar biasa. Saya pernah juga mendapat tugas beberapa kali keluar negeri dan melihat beberapa tempat wisata disana, namun jika dibandingkan dengan wisata di tanah air sangat jauh berbeda. Wisata diluar sana buatan semua .Tidak ada yang alami. Mereka hanya mengemasnya dengan baik dan promosi dengan gencar. Namun satu yang tidak bisa mereka lakukan yaitu keramahtamahan orang Indonesia. Hospitality orang Indonesia nomor 1 di dunia. Coba tanyakan sama bule-bule yang kamu temui di tempat wisata.
Saya jadi ingat syair lagu “Tanah Airku” yang sangat saya sukai :
“…Walaupun banyak negeri kujalani Yang masyur permai dikata orang, Tetapi kampung dan rumahku Di sanalah ku merasa senang Tanahku tak kulupakan Engkau kubanggakan ...”
Kadang saya suka merinding jika mendengar lagu yang sangat menggambarkan ikatan emosional antara manusia dan tanah airnya. Ibu Soed pasti menangis saat menciptakan lagu ini.