Setelah sarapan pagi, kami langsung berangkat menuju habitat orangutan yang berada di Taman Nasional Sebangau. Dengan diantar oleh volunter dari WWF dan petugas ranger dari Taman Nasional akhirnya kami menemukan tempat dimana orangutan tinggal.
Tidak mudah untuk menemukan keberadaan orangutan tersebut. Kita harus sabar menunggu mereka keluar untuk beraktifitas. Menurut penelitian yang sudah dilakukan, waktu kami berkunjung bertepatan dengan jadwal makan mereka. Tiga puluh menit kami menunggu dan nampak orangutan dewasa dan anaknya sedang bercengkerama di atas pohon. Walau agak sulit menemukan dengan mata tanpa bantuan apapun, kami dapat melihatnya walau tidak nampak utuh karena terhalang oleh ranting dan dedaunan. Menurut volunteer mereka adalah anak-induk yang bernama Brown dan Julie.
Di sini kita tidak bisa melihat orangutan secara utuh, karena ini bukan kebun binatang atau tempat konservasi. Tempat ini adalah habitat asli orangutan yang masih sangat natural. Jadi kegiatan kunjungan yang kami lakukan tidak hanya semata untuk melihat orangutan secara nyata, tapi lebih luas lagi yaitu untuk mengetahui habitat aslinya, kegiatan rutinnya seperti apa, dan lain-lain seperti yang dijelaskan oleh Pak Andi Liani semalam. Kami juga mendapat penjelasan secara detail dari ranger yang mengantar. Antara lain makanan yang dikonsumsi oleh orangutan selain rayap, mereka juga memakan sejenis buah-buahan liar yaitu buah keripa dan rahanjang.
Keistimewaan dari orangutan adalah mereka itu merupakan individu yang hanya dapat ditemukan di Indonesia. Tidak ada jenis kera seperti orangutan tinggal di belahan dunia manapun. Itulah mengapa kita harus ikut serta aktif dalam melestarikan habitat mereka yaitu hutan. Jika sampai punah, tentu Indonesia akan disalahkan oleh dunia karena tidak mampu menjaga keberlangsungan hidup mereka. Ditengah ramainya pemberitaan tentang kebakaran hutan di Kalimantan, menurut penjelasan dari ranger bahwa di Taman Nasional Sebangau ini tidak ada lahan atau hutan yang dibakar untuk membuka lahan kelapa sawit. Selain itu juga sejak tahun 2005 sudah tidak ada lagi illegal logging. Jadi kawasan Taman Nasional Sebangau cukup aman.
Karena itu kami sangat memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para pengelola yang selalu siap jika dibutuhkan baik dari pihak Taman Nasional atau pun volunter dari WWF. Hampir setiap hari mereka berjalan berjam-jam hanya untuk melihat aktifitas rutin yang dilakukan oleh orangutan tanpa mengenal lelah.
Setela h puas melihat akitifitas dan kebiasaan dari orangutan, akhirnya kami kembali ke Visit Center untuk siap-siap menjalankan perjalanan berikutnya. Namun saat dalam perjalanan kami menemukan sebuah sungai yang cukup unik karena airnya berwarna merah. Dijelaskan bahwa air tersebut banyak mengandung kadar asam sehingga warna airnya menjadi agak kemerahan seperti air teh. Hal ini disebabkan karena sungai tersebut tidak mengalir secara normal karena air sungai surut akibat kemarau panjang , banyak kayu-kayu dan daun turut terendap dalam sungai tersebut sehingga airnya berubah warna menjadi kemerahan. Penduduk setempat sudah terbiasa dengan kualitas seperti ini jadi tidak perlu dipermasalahkan, bahkan mereka selalu mengkonsumsi air berwarna merah tersebut. Namun akibat tingginya kadar asam akan merusak gigi karena mengandung zat asam tinggi yang menyebabkan gigi menjadi keropos dan rusak.
Dari Sebangau perjalanan kami lanjutkan menuju Banjarmasin dengan melewati jalur utama trans Kalimantan dengan melalui wilayah Katingan – Palangkaraya dan Kuala Kapuas. Total jarak kurang lebih 315 km dengan kondisi jalan mulus namun agak bergelombang di beberapa tempat karena lahan yang dilalui mengandung gambut yang dikenal material yang kurang stabil. Namun dengan menggunakan kendaraan Daihatsu Terios kondisi didalam kabin masih terasa nyaman. Tepat jam 21.00 kami tiba di Banjarmasin. Sebelum check in di hotel kami sempatkan untuk menikmati salah satu kuliner khas di kota ini yaitu Lontong Orari.