Setelah istirahat dengan lelap di hotel bintang 4 di samping Bandara Sepinggan Balikpapan, selepas sarapan pagi kami harus berkemas dan check out untuk menuju destinasi wonders ke 5 yaitu Buaya Kalimantan. Kami akan mengunjungi lokasi penangkaran buaya yang berada di Teritip, kurang lebih 15 km dari Kota Balikpapan.
Di penangkaran ini kita bisa melihat beberapa jenis Buaya Kalimantan dalam beberapa area. Ada 3 (tiga) jenis buaya yang ditangkar yaitu Buaya Muara, Buaya Tawar dan Buaya Supit. Dari ketiga jenis buaya ini manakah yang paling berbahaya? Ternyata jawabannya adalah Buaya Muara. Buaya ini sering memakan manusia dan dalam salah satu kandang terdapat buaya yang disinyalir pernah menyantap manusia. Buaya ini panjangnya sekitar 4 meter. Jumlah total buaya yang ada di penangkaran ini ada sekitar 1.700 ekor.
Setiap kandang dipisahkan berdasarkan jenis dan usia. Untuk bayi buaya yang berusia sampai 4 bulan ditempatkan di kandang terpisah dan harus dipelihara dengan cermat agar tidak mengalami mati muda. Sedangkan untuk buaya yang sudah dewasa ditempatkan di kandang terpisah dan juga ada di area terbuka yang menyerupai habitat aslinya. Seperti ada aliran sungai, tempat berkubang, dan rawa-rawa. Jika ingin memberikan makan dan menyaksikan atraksi buaya memangsa ayam, kita bisa membeli ayam yang sudah mati seharga Rp.10.000,- dan melemparkannya ke dalam kandang khusus tersebut. Dan dalam sekejap beberapa buaya langsung berebutan dan berlari menuju jatuhnya bangkai ayam tadi.
Setelah dewasa dan cukup umur, buaya-buaya tersebut kemudian dipotong. Hampir semua bagian tubuh buaya dapat digunakan. Dagingnya bisa dikonsumsi, bahkan ditempat tersebut disediakan warung sate buaya. Kulitnya bisa dijadikan berbagai jenis perhiasan seperti sabuk, tas, dan dompet. Sedangkan giginya bisa dijadikan asesoris seperti kalung dan gelang. Empedunya bisa menjadi obat asma dan kemaluannya atau biasa disebut tangkar buaya bisa dijadikan obat kuat untuk pria dewasa. Hmm..
Menjajal Trip Balikpapan – Samarinda
Selesai melakukan kunjungan di Teritip, perjalanan dilanjutkan menuju Samarinda, karena di sana akan diadakan berbagai acara CSR (Corporate Social Responsibility) yang diadakan oleh Daihatsu. Saya ingin mencoba kehandalan dari Daihatsu Terios terbaru ini dan langsung duduk di kursi pengemudi. Selain itu kasihan juga melihat “transporter” yang sudah 4 (empat) hari terus menerus dibalik kemudi.
Perjalanan berjalan mulus karena trek Balikpapan – Samarinda sangat bagus. Aspalnya halus dan masih baru, juga lebar, satu jalur jalan bisa dilalui oleh 4 jalur mobil. Saya cukup mengenal jalur ini karena beberapa tahun yang lalu pernah bekerja di kawasan ini sekitar 3 bulan, jadi setidaknya mengenal kondisinya.
Tiba-tiba kami mendapat kabar bahwa acara di Samarinda sudah berlangsung, dan kami ditunggu segera kedatangannya untuk mengikuti acara tersebut. Kontan semua mobil langsung tancap gas semua. Melahap tikungan-tikungan tajam dan tanjakan terjal di kawasan Bukit Soeharto. Tahu Sumedang yang rencananya akan kami singgahi terpaksa kami lewati. Lewat alat komunikasi HT yang ada disetiap kendaraan kami saling memberi tahu kapan harus menyalip, kapan harus menahan dan memberitahukan kendaraan yang ada di depan. Dengan demikian kami tidak ragu menyalip kendaraan di depan walaupun di tikungan, karena sudah diberitahu oleh kendaraan yang ada di depan. Waktu yang biasanya di tempuh dalam 3 jam, kami capai hanya dua jam saja. Dan memang setibanya di lokasi yaitu di SMK Loa Kulu, Kutai Kartanegara, hampir seluruh mata langsung tertuju pada rombongan Terios 7 Wonders dan kami mendapat sambutan yang meriah. Orang-orang langsung foto-foto didepan Daihatsu Terios yang nampak gagah walau dipenuhi debu.
Daihatsu Berbagi Ilmu
Adapun acara CSR-nya adalah pemberian bantuan berupa pemberian 3 (tiga) buah mesin kendaraan untuk praktek di sekolah SMK Bhakti Loa Janan, Kutai Kartanegara. Selain itu ada juga acara pemberian 700 bibit pohon, pemberian 7 (tujuh) ekor kambing kurban di Masjid Nurul Jannah Loa Kulu, Kutai Kartanegara. Ada juga kelas safety driving yang diberikan oleh Toni dari tim Terios 7 Wonders dan kelas Aerial Photography oleh Barry Kusuma.
Setelah selesai acara kami bergerak menuju Kota Samarinda dan singgah di Masjid Islamic Center Samarinda yang merupakan masjid terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal Jakarta. Kami sempatkan foto-foto di masjid yang bentuknya mengingatkan Masjid Nabawi di Mekah.
Setelah selesai kami segera check-in di hotel dan mobil Daihatsu Terios yang sudah memasuki hari ke-5 langsung masuk dealer Daihatsu Samarinda untuk melakukan pengecekan. Sementara kami rehat sejenak menikmati kehidupan Samarinda di tepi Sungai Mahakam.