Sudah banyak contoh di dunia yang menunjukkan seorang wanita mampu menjadi seorang pemimpin atau leader. Terbaru adalah terpilihnya Kamala Harris yang dipercaya rakyat Amerika Serikat menjadi Wakil Presiden terpilih Joe Biden periode 2021-2024. Kamala juga tercatat sebagai wanita pertama yang menduduki jabatan Wakil Presiden di Amerika Serikat. Bahkan terbuka kemungkinan untuk menjadi Presiden empat tahun mendatang mengingat Presiden Joe Biden sudah sepuh.

Apa sih rahasianya sehingga para wanita hebat itu bisa berhasil dan dipercaya menjadi seorang pemimpin? Semua itu sedikit terungkap lewat ideatalks via daring dalam acara IdeaFest 2020 Restart yang bertajuk More Than A Woman : How These Female Leader Make a Change pada hari jumat 13 November 2020 pukul 15.00.

Hadir sebagai nara sumber yaitu Hannah Al Rasyid, seorang pelaku seni (idola saya banget nih) dan juga aktifis kesetaraan gender “UN Indonesia SDG mover for Gender Equality”. Selain itu hadir pula Vera Galuh Sugijanto – VP General Secretary Sarihusada dan Dewi Muliaty – President Director Prodia.

Mengawali perbincangan, Hannah yang lama tinggal di Inggris yang sangat menghormati kesetaraan gender memaparkan bahwa wanita ingin disetarakan. Dalam arti mereka tidak ingin diistimewakan dan akan membuktikan bahwa dia mampu dan wanita bukan sosok yang lemah. Ungkap model video klip lagu “Dia Milikku” milik Yovie and Nuno Band (duh Hannah cantik banget di video klip-nya) yang sangat mengagumi sosok Margareth Thatcher mantan Perdana Menteri Inggris itu. Jadi kalo di kereta atau bus melihat wanita berdiri dan terlihat kuat, biarkan saja tidak perlu diberi tempat duduk, kecuali wanita itu sudah tua atau sedang hamil. Mungkin seperti itu ya perumpamaannya. Tapi masa tega ya di depan kita sebagai laki-laki membiarkan wanita berdiri terus. Minimal gentian ya.

 

Sementara Vera Galuh mengungkapkan bahwa dukungan dari tempat bekerja juga sangat berpengaruh terhadap kepemimpinan seorang wanita. Beruntung Sarihusada sudah menerapkan cuti 6 bulan bagi yang melahirkan, mendukung pemberian ASI eksklusif serta program yang mendukung pertumbuhan anak seperti Warung Anak Sehat. Vera percaya bahwa pertumbuhan anak sejak bayi bahkan sejak dalam kandungan yang selalu dijaga dan diberi asupan yang baik sejak 1000 hari pertama akan menghasilkan anak yang cerdas, termasuk menjadi wanita yang tangguh.

Wanita bekerja menurutnya sangat multitasking, selain bertanggung jawab atas pekerjaannya, juga bertanggung jawab sebagai seorang ibu yang harus membesarkan anak-anaknya dengan baik. Duh apalagi di saat pandemi ini ya. Sudah terbayang pagi-pagi harus bangun, menyiapkan makanan, siap-siap ke kantor, menyiapkan peralatan online untuk anak-anaknya, apalagi jika anaknya masih usia SD tentu agak merepotkan ya. Belum lagi urusan suami. Lengkap banget deh multitasking-nya.

Hal ini diamini Dewi Muliaty. Menurutnya wanita memiliki hormon estrogen yang menjadi motivasi untuk wanita sangat berlebih. Hal ini yang dapat memanage pekerjaan kantor dan rumah sekaligus. Jangan menganggap wanita selalu ingin ditolong, tapi lebih baik saling tolong menolong, bekerja sama, bahu membahu, karena pada fitrahnya manusia diciptakan untuk melakukan hal itu.

Namun perjuangan para wanita untuk menjadi seorang pemimpin yang Tangguh bukan tidak ada hambatan. Hal yang harus dilakukan menurut Vera adalah “Show what you can do”, saling support dengan tim serta harus berkolaborasi dan bersinergi bukan kompetisi dan yang menurutnya penting adalah “Never stop find me time”. Karena hal itu bahkan menjadi semacam therapy yang ampuh untuk menghilangkan kejenuhan. Hannah menambahkan setiap wanita harus mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Go for it! Pantesan Hannah ini PD banget ya dengan penampilannya, dulu pernah rambutnya modei skinhead yang nyaris botak.

Jadi dari perbincangan online selama hampir 1 jam ini dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin wanita yang tangguh, hal-hal berikut yang harus ditanamkan yaitu tidak melihat gender, lakukan pekerjaan dengan sepenuh usaha, asah skill terus menerus jangan kendor. pencapaian harus berdampak luas, peran yang setara dalam keluarga dan edukasi orangtua (ibu dan ayah) untuk perkembangan anak serta menerapkan metode pendidikan yang mengajarkan soal gender.