Seneng banget ketika kita ditugaskan oleh kantor ke satu kota yang banyak kulinernya. Kali ini saya akan berkunjung ke Kota Medan, yang mempunyai banyak kuliner yang legendaris. Hal pertama yang dilakukan setelah pesan tiket via aplikasi pegipegi adalah booking hotel di Medan yang saya pesan juga via pegipegi. Biasanya sih kalau mau pegipegi (pergi-pergi maksudnya) saya langsung pesan sekaligus sih, tiket dan hotel-nya sekalian. Biar praktis.

Saya menginap di Hotel Grand Aston City Hall. Dulunya hotel ini bagian depannya adalah Kantor Walikota sejak jaman Belanda. Jadi termasuk cagar budaya juga. Sengaja saya pilih hotel tersebut karena lokasinya berada di tengah kota dan persis di depan Merdeka Walk yang merupakan lokasi kuliner terlengkap di Kota Medan.

 

View this post on Instagram

 

Good morning from @grandastoncityhallmedan

A post shared by Harris Maulana (@harrismaul) on

Sore-sore setelah check-in enaknya makan yang ringan-ringan aja dulu ya. Pilihaannya adalah Mie Ayam Akong & Acim yang lokasinya berada di perempatan Jalan Perniagaan Medan Barat. Walaupun pemiliknya seorang tionghoa namun mereka menjamin makanannya halal. Tempatnya sih biasa aja, seperti kedai makanan biasa pada umumnya. Tapi ketika menyantap mie ayam-nya. Luar biasa enaknya. Bumbunya kaya dengan rempah khas. Pantesan tempat ini bertahan hingga puluhan tahun. Pemiliknya sangat sederhana dan mereka tidak membuka cabang di mana pun. Jangan lupa pesan minuman legendaris Cap Badak sebagai penutupnya. Cap Badak ini semacam minuman soda yang sudah diproduksi sejak puluhan tahun lalu. Hingga kini pabriknya masih ada di Pematangsiantar.

Seporsi mie ayam plus minuman Cap Badak rasanya masih kurang nendang sore itu. Akhirnya kami memutuskan untuk makan desert Durian Ucok yang punya tagline, Belum ke Medan kalau tidak ke Durian Ucok. Setelah icip-icip 4 buah durian manis dan manis pahit, akhirnya kita kembali ke hotel dengan perut kenyang. Tidak lupa, kami pesan juga durian yang dipacking untuk dibawa pulang ke Jakarta lusa sebagai oleh-oleh.

 

 

Esok paginya saat breakfast di hotel sengaja saya ambil makanan khas yaitu Lontong Kari dengan aneka topping yaitu teri kacang, abon sapi dan tauco serta kerupuk merah. Rasanya pengen nambah lagi kalo gak inget ada meeting mulai jam 9 pagi ini.

Sengaja makan siang standar agak dikit, biar bisa diisi lagi sama kuliner khas lainnya. Kali ini kita mau jajan es krim di Restoran Tip Top yang sudah berdiri sejak tahun 1938 jaman penjajahan Belanda. Ternyata dulu meneer-meneer Belanda suka kongkow  ngopi-ngopi dan icip-icip es krim sama noni-noni.

Rekomendasinya kue dan es krim. Dan saya pesan keduanya. Cara masaknya yang masih menggunakan kayu bakar dipertahankan sampai sekarang. Selanjutnya pesen kopi susu Sidikalang. Kopi jenis arabica ini awalnya agak pahit. Tapi lama-lama ada manisnya juga. Setelah hampir habis ternyata bagian dasarnya ada susu kentalnya. Ternyata kopinya belum diaduk saudara-saudara.

Sebelum balik ke hotel, kita sempetin beli oleh-oleh yang biasa kita dapet kalo ada temen ke Medan seperti Bolu Meranti dan Risol Gogo. Tak kuasa menahan hasrat, satu bolu dibongkar untuk makan on the spot. Bolu Meranti Topping Keju emang juara guys.

Malamnya kami berburu kuliner lagi. Sasaran kami berikutnya adalah Restoran Garuda. Padahal di Jakarta juga ada lho restoran yang memiliki khas masakan Padang ini. Tapi beda mas, kata teman meyakinkan. Baiklah dan ternyata benar. Kepala kakapnya lezat banget. Saya aja sampai nambah nasi, satu hal yang jarang biasa saya lakukan kecuali kalo lagi laper banget atau makanannya enak banget.

 

View this post on Instagram

 

Mari makan apa. #kuliner #Medan

A post shared by Harris Maulana (@harrismaul) on

Melepas malam terakhir di Medan, kami tutup dengan makan kerang segar di pinggir jalan. Minuman khas teh tarik dingin jadi asupan terakhir yang kami santap malam itu. Puas banget selama 2 hari ini bisa explore kuliner legendaris di Kota Medan. Semoga suatu saat bisa kembali lagi ke sini dan berburu kuliner lainnya.