Mengunjungi Jogja pasti ingat dengan Merapi. Sebuah gunung yang berada di ujung jalan Kaliurang. Tentu masih ingat juga dengan peristiwa meletusnya gunung tersebut pada November 2010 dan banyak membawa korban jiwa termasuk sang juru kunci yang legendaris : Mbah Maridjan.
Dalam kunjungan ke Jogja minggu lalu, sebenarnya saya ingin sekali mengunjungi Merapi. Namun karena satu hal saya ketinggalan rombongan dan hanya mendapat cerita dari teman-teman yang sempat berkunjung ke sana. Mereka mengunjungi desa-desa yang berada di kaki Gunung Merapi dan melihat kondisi lingkungan pasca peristiwa meletusnya gunung tersebut 3 tahun lalu.
Tujuan mereka ke sana adalah untuk melihat program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Newmont Nusa Tenggara yang bekerja sama dengan Yayasan Dian Desa Jogja – yang sudah berdiri sejak tahun 1974 – untuk membangun sebuah sarana air bersih yang hancur akibat bencana tersebut. Saat bencana tersebut hampir seluruh sarana air bersih hancur diterjang lahar panas yang melelehkan pipa-pipa saluran air. Sumber air juga tertutup pasir material. Saat itu banyak bantuan yang diberikan termasuk air bersih. Namun bantuan tersebut hanya sementara, karena bantuan yang diberikan berbentuk air bersih yang dikirim dalam dengan truk tanki dan tentu saja akan habis karena dipakai terus menerus.
Karena hal itulah, Yayasan Dian Desa dan CSR PT.NTT berisinatif untuk membangun sebuah sarana air bersih yang permanen dan dapat digunakan oleh warga sepanjang tahun. Dan akhirnya pada tahun 2011 lalu mulai dibangun dan kini sudah bisa digunakan oleh warga. Ternyata CSR PT.NNT tidak hanya dilakukan di kawasan sekitar daerah operasi tambangnya saja, melainkan mencakup wilayah-wilayah lain terutama yang terkena musibah bencana seperti di Merapi ini. CSR PT.NNT juga pernah memberikan bantuannya saat bencana tsunami Aceh tahun 2004 lalu.
Saat ini sarana air bersih Merapi di Desa Klangon sudah dapat dirasakan manfaatnya. Debit air yang dihasilkan sebesar 38 liter/detik dan langsung bisa dinikmati oleh sekitar 18.000 – 20.000 warga yang tersebar di Desa Glagah, Balerante, Panggang serta Sidorejo. Saat ini mereka juga membuat organisasi yang dikelola secara swadaya ” Guyub Bebeng” untuk mengatur aliran air kepada seluruh masyarakat agar semua mendapat bagian dengan adil. Mereka mengutip iuran untuk pemeliharaan sebesar Rp 5.000/kepala keluarga / bulan. Ini tentu saja sangat membantu masyarakat yang sebelumnya harus membeli air tanki seharga Rp 150.000/tanki dengan kapasitas 5.000 liter. Penyediaan air ini juga sangat mendukung mata pencaharian mereka yang mayoritas bekerja sebagai peternak sapi susu perah.
Tidak sia-sia PT.NTT menyalurkan bantuan sebesar Rp 3,5 Milyar untuk pembangunan sarana air bersih ini, karena saat ini sudah dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh sekitar 20.000 warga di kaki Gunung Merapi.
Berikut foto-foto saat pembangunan sarana air bersih tersebut yang didapat dari arsip Yayasan Dian Desa – Jogja.