Setelah sukses dengan novel dengan judul yang sama, akhirnya kisah sang penulis Iwan Setyawan diangkat ke layar lebar. Film yang banyak ditunggu-tunggu itu akhirnya akan ditayangkan serentak di bioskop tanggal 25 April 2013. Beberapa waktu lalu saya diundang oleh penulis untuk ikut sharing dalam sebuah diskusi yang diberi nama “Keluarga Apel“. Nama ini diambil dari asal Iwan berasal yaitu dari Kota Batu Malang yang terkenal dengan buah apel dan dari Kota New York dimana Iwan menghabiskan waktu selama 9 tahun yang juga terkenal dengan Big Apple.

Saat itu ditayangkan trailer film tersebut dan rasanya sudah tidak sabar untuk menonton filmnya. Dan akhirnya sebuah email undangan untuk premiere film tersebut masuk beberapa hari lalu, tentu saja sebuah kabar yang menggembirakan dan tidak mungkin dilewatkan begitu saja. Saya harus melewatkan sebuah acara di Bandung demi untuk ikut premiere film ini yang diadakan tepat pada hari kartini 21 April 2013.

Film ini seakan menterjemahkan apa yang ada didalam buku ke layar perak. Sutradara Ifa Isfansyah begitu jeli menterjemahkan dari sebuah novel menjadi sebuah skenario yang indah. Penampilan Iwan kecil dan Iwan besar yang diperankan oleh Ihsan Tarore juga patut diapresiasi, bukan kebetulan Ihsan yang juara Indonesian Idol 2006 itu juga datang dari keluarga kurang mampu.  Pemain pendukung juga tampil memikat seperti Alex Komang yang berperan sebagai bapak dan pemain pendukung lainnya. Jujur cerita ini membuat mata saya sembab karena mengeluarkan air mata haru sampai tiga kali.

Sebuah kisah keberanian untuk menembus batas ketakutan demi keluarga dan cinta. Saat Iwan berada di puncak karier kesuksesan di New York, hati nuraninya mengajak untuk pulang dan meninggalkan semua yang sudah diraih. Sebuah keberanian yang patut diacungi jempol, karena berani keluar dari zona nyaman dan pindah kuadran.

Iwan yang anak sopir angkot dengan segala keterbatasan ekonomi, namun memiliki cita-cita dan mimpi yang sangat tinggi. Berkat kegigihannya akhirnya bisa menembus bukan hanya Jakarta tapi New York, yang disebut sebut sebagai ibukota dari Dunia. Disini bukan hasil akhir yang perlu diapresiasi tapi proses perjuangan Iwan yang patut diberi jempol.

Film ini sangat cocok ditonton oleh keluarga. Bisa jadi contoh untuk generasi muda yang saat ini sudah tergerus oleh gaya hidup hedonisme. Dalam kemiskinan, tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain belajar. Itulah mengapa orang-orang sukses banyak yang lahir dari orang yang kekurangan. Ada satu kutipan yang sangat menyentuh dalam film ini :

“Iwan ndak takut hantu, Buk. Iwan takut miskin”

Inilah yang menjadi tekad Iwan untuk meraih kesuksesan. Agar bisa membeli sepeda dan mempunyai kamar sendiri. Sebuah cita-cita yang amat sederhana. Ada keluarga yang mendukung cita-cita Iwan. Ada ibu yang selalu menjadi sandaran hati Iwan. “Ibuku hatinya putih. Ia adalah puisi hidupku. Begitu Indah. Ia adalah setiap tetesan air mataku.”

Ada bapak – yang walau awalnya menentang cita-cita Iwan – namun akhirnya luluh dan rela menjual angkot kesayangannya, demi biaya Iwan untuk kuliah di Bogor. Juga kakak dan adik-adiknya yang selalu memberikan support apa yang Iwan lakukan. Semua itu harus menjadi contoh untuk keluarga masa kini.

IMAG1176

Salam dari Keluarga Apel Bogor