Sabtu 26 Januari 2013 lalu saya diundang oleh pihak manajemen dari film 9 Summers 10 Autumns The Movie untuk menghadiri acara sharing di Kota Bogor bersama sang penulis Iwan Setyawan yang diadakan di Mangiare Cafe – Bogor. Ternyata setelah ditelusuri saya pernah bertemu dengan sang penulis di kediaman sahabatnya Dhani yang kebetulan teman bersepeda saya juga – sesaat setelah beliau menyelesaikan buku tersebut dan belum booming seperti sekarang. Waktu itu saya sempat melihat sekilas dan yakin bahwa buku ini akan menjadi best seller dan ternyata benar. What a small world ya hehehe…

Dalam diskusi yang diawali pemutaran trailer film tersebut, tersebut Iwan memaparkan bahwa ia awalnya ragu untuk berbagi kisah kehidupannya. Sepertinya dengan diterbitkannya buku tersebut seakan ia menjual kepedihan saat berjuang untuk hidup di masa lalu. Namun yang menguatkannya adalah keinginan untuk berbagi dengan sesama, terutama dengan orang-orang yang senasib dengan dirinya dan keluarganya. Lewat perjuangan yang tanpa lelah, keringat dan air mata, sebuah perjuangan tidak akan sia-sia dan pasti akan berhasil, dan tentu saja berkat dorongan dan doa orangtua.

Dalam buku 9 Summers 10 Autumns Iwan mengisahkan perjuangannya saat hidup di Batu lalu pindah ke Bogor untuk belajar di IPB kemudian dilanjutkan bekerja di New York selama 10 tahun. Itulah mengapa dalam cover bukunya terdapat dua buah apel, satu apel malang dan satu lagi untuk Kota New York yang dikenal juga sebagai kota Big Apple.

Iwan juga memaparkan mengapa ia kembali ke Indonesia, padahal jika ia mau ia bisa menetap di New York dan hidup dengan mapan. Bayangkan, jabatan terakhirnya adalah direktur sebuah perusahaan internasional. Tapi kecintaan dan keinginan untuk membangun Indonesia memupuskan keinginan tinggal di New York. Dan akhirnya tahun 2010 ia kembali ke Indonesia. Sempat melakukan backpacker keliling ke beberapa tempat wisata di Indonesia, kemudian tahun 2011 membuat buku novel yang menjadi best seller dan kemudian menyusun buku kedua yang berjudul “Ibuk”.

Dalam sesi berikutnya setiap peserta yang hadir didaulat untuk sharing pengalaman hidupnya dan ini sangat unik. Ada yang merasakan hampir sama, ada yang ingin meraih cita-cita namun selalu kandas, ada yang selalu ditentang orangtua, ada pula yang tidak mau membaca buku Iwan karena pasti dia sedih dan menangis. Namun dari semua itu kita belajar bahwa setiap orang itu memiliki sebuah cerita dan pengalaman yang menarik. Tidak perlu dipendam sendiri, kita bisa menulisnya dalam blog atau malah dibuat novel seperti yang Iwan lakukan dan menjadi inspirasi bagi orang lain.

Dan kita semua yang hadir merupakan keluarga baru yaitu “Keluarga Apel” yang akan selalu berbagi, berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan cita-cita kita semua.

9S10A

Keluarga Apel Bogor